1. Asfiksia neonatorium
a. Konsep
Dasar
Asfiksia neonatorum adalah
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur
setelah lahir (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah
keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat
menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998).
b. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat
menimbulkan gawat janin (asfiksia):
1) Gangguan sirkulasi menuju janin,
menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat seperti: Lilitan tali pusat, Simpul tali pusat, Tekanan
pada tali pusat, Ketuban telah pecah, Kehamilan lewat waktu, Pengaruh obat, Karena narkoba saat
persalinan
2) Faktor ibu, misalnya Gangguuan his: tetania
uteri–hipertoni, Turunnya
tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan solusio placenta;
Vaso kontriksi arterial:
hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklampsia-eklampsia; Gangguan pertukaran nutrisi/O2:
solusio placenta
c. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada
bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin
dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga
hal yang perlu mendapat perhatian.
1) Denyut jantung janin: frekuensi normal
ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai
di bawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya.
2) Mekonium dalam air ketuban: adanya
mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan
gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus
meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya menonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal
itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan PH darah janin: adanya
asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai di bawah 7,2 hal
itu dianggap sebagai tanda bahaya.
d. Penatalaksanaan
1)
Tindakan Umum
Bersihkan jalan
nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila
perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas yang lebih dalam.
Rangsang reflek
pernafasan: dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas
dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan suhu
tubuh.
2)
Tindakan khusus/asuhan yang
diberikan oleh bidan
Pada kasus Asfiksia
berat: Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2
yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu
jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan: Pasang
relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut
dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit.
3) Langkah-langkah resusitasi pada aspiksia
neonatorium
a) Lakukan Penilaian : Apakah BBL bernafas atau menangis?, Apakah cairan ketuban berwarna hijau?
b) Jika Bayi tidak bernafas atau mengalami kesulitan
bernafas, maka Lakukan
langkah awal: Cegah kehilangan panas dengan meletakkan
pada tempat yang kering dan hangat , mengatur Posisi bayi, bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut dan hidung, mengeringkan sambil melakukan
rangsangan taktil, lakukan
penilaian
c)
Jika bayi Bernafas dengan
baik, maka lakukan asuhan normal Bayi Baru Lahir: keringkan dan hangatkan, kontak kulit
ibu ke kulit bayi, berikan Inisiasi menyusu dini
d)
Jika bayi Tidak bernafas normal atau megap-megap, maka lakukan
Resusitasi dengan ventilasi positif memakai balon dan sungkup: jelaskan
keadaan bayi dan tindakan, pasang
sungkup menutupi hidung dan mulut bayi, lakukan pengujian ventilasi 2 x, bila dada tidak mengembang, periksa/lihat kepala dsan sungkup,
apakah ada lender dalam mulut bayi, kemudian lakukan ventilasi 40 x dalam 60 detik
sambil memanatau gerakan naik turun
dinding dada, dilanjutkan dengan penilaian pernafasan dalam 10 detik, denyut jantung dalam 10
detik dan warna kulit, bila tidak
terjadi pernafasan spontan setelah 2-3 menit, rujuk, teruskan ventilasi selama menuju fasilitas rujukan, dan lakukan penilaian sampai pernafasan spontan terjadi
e)
Jika bayi Bernafas dengan baik Nafas normal, 30 – 60 kali per
menit, tidak ada cekungan dada,
maka lakukan asuhan normal Bayi Baru Lahir: keringkan dan hangatkan, kontak kulit
ibu ke kulit bayi, lakukan inisiasi menyusu dini
f)
Jika bayi tidak
bernafas setelah 20 menit: hentikan Resusitasi, beri dukungan pada ibu dan keluarga
g)
Lebih
jelas perhatikan skema di bawah ini
a. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan diagnosis
bayi yang mengalami aspiksia antara lain: pemeriksaan darah kadar As. Laktat.
kadar bilirubin, kadar PaO2, PH.; pemeriksaan fungsi paru; pemeiksaan fungsi
kardiovaskuler; gambaran patologi.
langkah-langkah resusitasi
A. Persiapan Alat |
1. Kateter penyedot lendir (DeLee)
|
2. Penghisap Lendir
|
3. Kain atau kain kasa yang kering dan
bersih
|
4. Kain yang kering dan bersih untuk
menghangatkan bayi
|
5. Oksigen,jika ada. Jika tidak ada tetap
lanjutkan
|
6. Sungkup dan balon resusitasi atau balon
dan tabung
|
7. Stetoskop
|
8. Jam tangan
|
B. Langkah-langkahLANGKAH AWAL
1. Mencegah kehilangan panas, termasuk
menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala
bayi setengah tenggadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan
kain).
3. Bersihkan jalan nafas dengan alat
penghisap yang tersedia.
3.1. bila air ketuban jernih (tidak bercampuh mekonium), hisap lendir
pada mulut baru pada hidung.
3.2. bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir
setelah kepala lahir, dan bayi tidak menangis lakukan upaya maksimal untuk
membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebih lebar dan menghisap
lendir di mulut lebih dalam secara hati-hati.
4. Keringkan tubuh bayi dengan kain yang
kering dan hangat, setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk
melingkupi tubuh bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
4.1. dengan lembut, gosok
punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas) satu atau dua kali.
4.2. dengan lembut, tepuk atau sentil
telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
5.
Letakkan
kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha bernafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit.
|
LANGKAH RESUSITASI |
1.
Bila bayi tidak menangis atau
megap-megap,warna kulit biru atau pucat,denyut jantung kurang dari 100 kali
per menit,lakukan langkah resusitasi dengan melakukan ventilasi positif
|
2.
Sebelumnya periksa dan pastikan
bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan
berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan sungkup muka)
|
3.
Cuci tangan dan gunakan sarung
tangan sebelum memegang dan memeriksa bayi
|
4.
Selimuti bayi dengan kain yang
kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,kemudian letakkan pada
alas dan lingkungan yang hangat
|
5.
Periksa ulang posisi bayi dan
pastikan kepala telah dalam posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi)
|
6.
Letakkan sungkup melingkupi
dagu,hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan
wajah
|
7.
Tekan balon resusitasi dengan dua
jari atau dengan seluruh jari tangan (tergantung pada ukuran balon
resusitasi)
|
8.
Lakukan pengujian pertautan dengan
melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada
|
9.
Bila pertautan baik (tidak bocor)
dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen
(bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan)
|
10. Pertahankan
kecepatan ventilasi sekitar 20 kali per 30 detik dengan
|
11. Tekanan
yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun ) selama ventilasi
|
12. Bila
dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
|
13. Bila
dinding dada tidak naik,periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
|
14. Lakukan
ventilasi selama 20x30
detik atau 60 detik : kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya
bernafas spontan dan warna kulit:
·
Bila frekuensi nafas normal (30-60
kali per menit),hentikan ventilasi lakukan kontak kulit ibu-bayi,lakukan
asuhan normal bayi baru lahir (menjaga bayi tetap hangat,mulai pemberian ASI
dini dan pencegahan infeksi & imunisasi)
·
Bila bayi belum bernafas spontan ulangi
lagi ventilasi selama 2x30 detik atau 60 detik,kemudian lakukan penilaian
ulang
·
Bila frekuensi nafas menjadi normal
(30-60 kali per menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit
ibu-bayi,lakukan asuhan normal bayi baru lahir
·
Bila bayi bernafas tetapi terlihat
retraksi dinding dada,lakukan ventilasi dengan menbgunakan oksigen(bila
tersedia)
·
Bila bayi masih tidak
bernafas,megap-megap teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi
·
Lakukan penilaian setiap 30
detik,dengan menilai usaha bernafas,denyut jantung dan warna kulit
·
jika bayi tidak bernafas secara
teratur setelah ventilasi selama 2-3 menit rujuk ke fasilitas pelayanan
Perawatan Bayi Risiko Tinggi
·
Jika tidak ada nafas sama sekali dan
tidak ada perbaikan frekuensi denyut jantung bayi setelah ventilasi selama 2
menit,hentikan ventilasi,bayi tersebut dinyatakan meninggal (jelaskan pada
keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada
keluarga.
|
15. Kompresi
Dada
·
Kompresi dilakukan di 1/3 bagian
bawah tulang dada dibawah garis khayal yang menghubungkan kedua puting susu
bayi. Hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus
·
Rasio kompresi dada dan ventilasi
dalam 1 menit ialah 90 kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan
demikian kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan ½ detik untuk
ventilasi 1 kali
|
16. Baringkan
bayi terlentang : lakukan resusitasi pernafasan (mulut ke mulut) bersama-sama
dengan masase jantung
|
17. Gunakan
tekhnik dua jari atau ibu jari. Letakkan jari-jari sedikit di bawah putting
susu,di bagian tengah dada, sedikit di atas tonjolan sifoideus (ujung
sternum)
|
18. Jangan
angkat jari dari dada bayi diantara dua pijatan untuk menghemat waktu
|
19. Tekan
sternum 1,5-3 cm 100-120 kali per menit,sternum bayi masih lunak karena itu
tidak perlu menekan terlalu kuat untuk memijat jantungnya.
|
20. koordinasikan
antara kompresi jantung dengan pernafasan mulut ke mulut.
|
21. Berhitunglah
sambil menekan jantung , “satu-dua-tiga”.ulangi dengan tiga kompresi jantung
sambil berhitun,kemudian tiuplah dengan lembut ke dalam hidung dan
mulut.ulangi terus.Mintalah bantuan seseorang bila mungkin untuk meraba
denyut femoral atau prekardial
|
22. Pastikan
bahwa pemberian nafas dan kompresi jantung terkoordinasi dengan cara
menghitung. Pertama-tama lakukan 3 kompresi jantung,kemudian sekali
nafas,begitu seterusnya.Bila masase jantung danpernafasan buatan dilakukan
dengan frekuensi yang sama bayi tersebut dapat meninggal akibat pecahnya
organ dalam yang pecah atau mengalami masalah serius lainnya.
|
23. Hentikan
kompresi jantung ketika denyutan sudah mencapai 80 per menit. Pernafasan
mulut ke mulut mungkin perlu dilanjutkan agak lama sampai bayi dapat bernafas
sendiri.
|
C. Sikap |
|
|
|
|
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q