Senin, 06 Juli 2020

penatalaksanaan aspiksia pada bayi baru lahir


1.      Asfiksia neonatorium
a.      Konsep Dasar
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998).
b.      Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia):
1)   Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat seperti: Lilitan tali pusat, Simpul tali pusat, Tekanan pada tali pusat, Ketuban telah pecah, Kehamilan lewat waktu, Pengaruh obat, Karena narkoba saat persalinan
2)   Faktor ibu, misalnya Gangguuan his: tetania uteri–hipertoni, Turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan solusio placenta; Vaso kontriksi arterial: hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeklampsia-eklampsia; Gangguan pertukaran nutrisi/O2: solusio placenta
c.       Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian.
1)      Denyut jantung janin: frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai di bawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2)      Mekonium dalam air ketuban: adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya menonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3)      Pemeriksaan PH darah janin: adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.
d.      Penatalaksanaan
1)      Tindakan Umum
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
Rangsang reflek pernafasan: dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.
2)      Tindakan khusus/asuhan yang diberikan oleh bidan
Pada kasus Asfiksia berat: Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit.
3)      Langkah-langkah resusitasi pada aspiksia neonatorium
a)      Lakukan Penilaian : Apakah BBL bernafas atau menangis?,  Apakah cairan ketuban berwarna hijau?
b)      Jika Bayi tidak bernafas atau mengalami kesulitan bernafas, maka Lakukan langkah awal: Cegah kehilangan panas dengan meletakkan pada tempat yang kering dan hangat , mengatur Posisi bayi,  bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut dan hidung, mengeringkan sambil melakukan rangsangan taktil, lakukan penilaian
c)      Jika bayi Bernafas dengan baik, maka lakukan asuhan  normal Bayi Baru Lahir: keringkan dan hangatkan, kontak kulit ibu ke kulit bayi, berikan Inisiasi menyusu dini
d)     Jika bayi Tidak bernafas normal atau megap-megap, maka lakukan Resusitasi dengan ventilasi positif memakai balon dan sungkup: jelaskan keadaan bayi dan tindakan, pasang sungkup menutupi hidung dan mulut bayi, lakukan pengujian ventilasi 2 x, bila dada tidak mengembang, periksa/lihat kepala dsan sungkup, apakah ada  lender  dalam mulut bayi, kemudian lakukan ventilasi 40 x dalam 60 detik sambil memanatau gerakan  naik turun dinding dada, dilanjutkan dengan penilaian pernafasan dalam 10 detik, denyut jantung dalam 10 detik dan warna kulit, bila tidak terjadi pernafasan spontan setelah 2-3 menit, rujuk, teruskan ventilasi selama menuju  fasilitas rujukan, dan lakukan  penilaian sampai pernafasan spontan terjadi
e)      Jika bayi  Bernafas dengan baik Nafas normal, 30 – 60 kali per menit, tidak ada cekungan dada, maka lakukan asuhan  normal Bayi Baru Lahir: keringkan dan hangatkan, kontak kulit ibu ke kulit bayi, lakukan inisiasi menyusu dini
f)       Jika bayi tidak bernafas setelah 20 menit: hentikan Resusitasi, beri dukungan pada ibu dan keluarga
g)      Lebih jelas perhatikan skema di bawah ini

 

 
a.       Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan diagnosis bayi yang mengalami aspiksia antara lain: pemeriksaan darah kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH.; pemeriksaan fungsi paru; pemeiksaan fungsi kardiovaskuler; gambaran patologi.

    langkah-langkah resusitasi

A.    Persiapan Alat

1.      Kateter penyedot lendir (DeLee)
2.      Penghisap Lendir
3.      Kain atau kain kasa yang kering dan bersih
4.      Kain yang kering dan bersih untuk menghangatkan bayi
5.      Oksigen,jika ada. Jika tidak ada tetap lanjutkan
6.      Sungkup dan balon resusitasi atau balon dan tabung
7.      Stetoskop
8.      Jam tangan

B.     Langkah-langkah

LANGKAH AWAL

1.      Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk melakukan pertolongan.
2.      Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tenggadah/sedikit ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain).
3.      Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia.
3.1. bila air ketuban jernih (tidak bercampuh mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada hidung.
3.2. bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir setelah kepala lahir, dan bayi tidak menangis lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebih lebar dan menghisap lendir di mulut lebih dalam secara hati-hati.
4.      Keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat, setelah itu gunakan kain kering dan hangat yang baru untuk melingkupi tubuh bayi sambil melakukan rangsangan taktil.
     4.1. dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan   (ekstremitas) satu atau dua kali.
     4.2. dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali).
5.      Letakkan kembali bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai: usaha bernafas, frekuensi denyut jantung dan warna kulit.

LANGKAH RESUSITASI

1.      Bila bayi tidak menangis atau megap-megap,warna kulit biru atau pucat,denyut jantung kurang dari 100 kali per menit,lakukan langkah resusitasi dengan melakukan ventilasi positif
2.      Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi (balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan tes untuk balon dan sungkup muka)
3.      Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang dan memeriksa bayi
4.      Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat
5.      Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi)
6.      Letakkan sungkup melingkupi dagu,hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan wajah
7.      Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh jari tangan (tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8.      Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada
9.      Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan)
10.  Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 20 kali per 30 detik dengan
11.  Tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun ) selama ventilasi
12.  Bila dinding dada naik turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
13.  Bila dinding dada tidak naik,periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
14.  Lakukan ventilasi selama 20x30 detik atau 60 detik : kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
·         Bila frekuensi nafas normal (30-60 kali per menit),hentikan ventilasi lakukan kontak kulit ibu-bayi,lakukan asuhan normal bayi baru lahir (menjaga bayi tetap hangat,mulai pemberian ASI dini dan pencegahan infeksi & imunisasi)
·         Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2x30 detik atau 60 detik,kemudian lakukan penilaian ulang
·         Bila frekuensi nafas menjadi normal (30-60 kali per menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit ibu-bayi,lakukan asuhan normal bayi baru lahir
·         Bila bayi bernafas tetapi terlihat retraksi dinding dada,lakukan ventilasi dengan menbgunakan oksigen(bila tersedia)
·         Bila bayi masih tidak bernafas,megap-megap teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi
·         Lakukan penilaian setiap 30 detik,dengan menilai usaha bernafas,denyut jantung dan warna kulit
·         jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi selama 2-3 menit rujuk ke fasilitas pelayanan Perawatan Bayi Risiko Tinggi
·         Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekuensi denyut jantung bayi setelah ventilasi selama 2 menit,hentikan ventilasi,bayi tersebut dinyatakan meninggal (jelaskan pada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
15.  Kompresi Dada
·         Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dibawah garis khayal yang menghubungkan kedua puting susu bayi. Hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus
·         Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90 kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan demikian kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½ detik dan ½ detik untuk ventilasi 1 kali
16.  Baringkan bayi terlentang : lakukan resusitasi pernafasan (mulut ke mulut) bersama-sama dengan masase jantung
17.  Gunakan tekhnik dua jari atau ibu jari. Letakkan jari-jari sedikit di bawah putting susu,di bagian tengah dada, sedikit di atas tonjolan sifoideus (ujung sternum)
18.  Jangan angkat jari dari dada bayi diantara dua pijatan untuk menghemat waktu
19.  Tekan sternum 1,5-3 cm 100-120 kali per menit,sternum bayi masih lunak karena itu tidak perlu menekan terlalu kuat untuk memijat jantungnya.
20.  koordinasikan antara kompresi jantung dengan pernafasan mulut ke mulut.
21.  Berhitunglah sambil menekan jantung , “satu-dua-tiga”.ulangi dengan tiga kompresi jantung sambil berhitun,kemudian tiuplah dengan lembut ke dalam hidung dan mulut.ulangi terus.Mintalah bantuan seseorang bila mungkin untuk meraba denyut femoral atau prekardial
22.  Pastikan bahwa pemberian nafas dan kompresi jantung terkoordinasi dengan cara menghitung. Pertama-tama lakukan 3 kompresi jantung,kemudian sekali nafas,begitu seterusnya.Bila masase jantung danpernafasan buatan dilakukan dengan frekuensi yang sama bayi tersebut dapat meninggal akibat pecahnya organ dalam yang pecah atau mengalami masalah serius lainnya.
23.  Hentikan kompresi jantung ketika denyutan sudah mencapai 80 per menit. Pernafasan mulut ke mulut mungkin perlu dilanjutkan agak lama sampai bayi dapat bernafas sendiri.

C. Sikap

  1. Teliti
  1. Bekerja dengan hati – hati
  1. Sabar
  1. Penuh perhatian






1 komentar:

  1. ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
    dapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
    segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q

    BalasHapus